4 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak | Tiraini

4 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak

Setiap orang tua adalah pengajar, panutan dan guru bagi anak-anak mereka. Meskipun demikian, masih banyak orang tua yang salah dalam mendidik anak. Beberapa perilaku orang tua justru malah menjadi bumerang yang ironisnya malah berpotensi menghancurkan masa depan anak.

Opini – Setiap orang tua adalah pengajar, panutan dan guru bagi anak-anak mereka. Meskipun nantinya anak akan mendapatkan pendidikan oleh guru yang ada di sekolah, peran orang tua sebagai guru tidak akan hilang sampai kapanpun. Dalam segi ilmu pun terdapat perbedaan yang mencolok di antara keduanya, dimana guru lebih mengajarkan ilmu pengetahuan dan wawasan, sementara orang tua lebih kepada penanaman sifat, watak dan akhlak si anak saat berinteraksi dengan orang lain maupun saat menghadapi dunia. Perbedaan inilah yang harus dicermati oleh para orang tua agar tidak salah dalam mendidik anak.
Ilustrasi : Orang Tua Mengajari Anaknya
Masa anak-anak adalah masa emas, yang mana merupakan masa yang paling efektif dalam memberikan pendidikan dan pengajaran. Anak-anak akan belajar dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar terutama dari orang tua mereka. Mereka pun cenderung akan meniru perilaku orang tuanya. Maka tidak heran jika terdapat pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Oleh karena itu orang tua semestinya berhati-hati dalam mendidik anak supaya kelak saat mereka sudah dewasa dapat menjadi manusia yang sukses, mandiri dan juga baik perilakunya.
Meskipun demikian, masih banyak orang tua yang salah dalam mendidik anak. Beberapa perilaku orang tua justru malah menjadi bumerang yang ironisnya malah berpotensi menghancurkan masa depan anak.

1. Selalu menuruti permintaan anak

Orang tua memang memiliki rasa sayang yang besar kepada anaknya, hingga terkadang memiliki hasrat untuk selalu menuruti apapun yang diminta anaknya. Namun perilaku ini juga bisa menjadi bumerang untuk sang anak, sebab jika permintaan dan keinginan mereka selalu dituruti oleh orang tua, bahkan cuma-cuma, mereka tidak akan pernah belajar untuk berjuang, berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Jika ini berlanjut hingga dewasa, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi pribadi yang manja dan pemalas. Sebab, sejak kecil mereka tidak dididik untuk berjuang karena merasa keinginan mereka akan terpenuhi tanpa harus berjuang. Nah apa yang terjadi jika Anda, orang tua yang selalu menuruti permintaan mereka, sudah tiada? Silahkan dijawab dan direnungkan sendiri.

2. Terlalu mendikte perilaku anak

Mendikte itu baik, mengarahkan juga baik, namun tetap tidak boleh berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada orang tua yang inginkan anak untuk meneruskan pekerjaan orang tuanya, atau malah menjadi seperti dia. Pun tidak jarang juga orang tua menuntut anak untuk menjadi seorang yang mungkin dia tidak inginkan.
Memikirkan masa depan anak itu sah-sah saja, tapi tidak baik untuk benar-benar menentukan untuk jadi apa dia kelak. Mereka lah yang berhak menentukan untuk jadi apa kelak. Karena yang menjalani hidup adalah mereka, bukan kalian wahai orang tua. Biarkan mereka melakukan apapun yang mereka mau, selama itu positif. Justru Anda sebaiknya malah mendukung apapun yang mereka lakukan, mengarahkan kegiatan tersebut untuk hal yang baik, atau bisa juga memberikan tambahan ilmu terkait dengan apa yang mereka lakukan.
Jika Anda terlalu mendikte perilaku mereka, mereka justru akan takut untuk berinovasi maupun berimprovisasi di masa mendatang. Itu pun jika mereka tidak keberatan didikte oleh Anda, jika keberatan, tertekan atau malah merasa terkekang? Mereka juga bisa lho melawan Anda. Tidak jarang kan ada anak yang memilih kabur dari rumah karena merasa terkekang? Coba renungkan kembali.

3. Melarang anak tanpa memberi tahu alasannya

Orang tua jaman dulu memberikan alasan yang diluar nalar saat melarang anaknya, jika diterapkan di masa sekarang mungkin trik itu tidak akan mempan. Terlebih lagi jika melarang tanpa memberikan alasannya, pasti tidak akan mempan. Perilaku anak jaman sekarang (mungkin juga dulu) adalah semakin dilarang atau semakin tidak logis alasannya, mereka justru semakin ingin mencari tau kenapa itu dilarang, atau ingin tau alasan itu benar terjadi atau tidak.
Nah cara yang paling ampuh agar anak tidak melakukan larangan itu adalah membuat dia tau atau bahkan merasakan sendiri alasan atau akibatnya. Sedangkan saran saya untuk Anda para orang tua, tidak perlu untuk Anda melarang mereka, cukup kasih tau saja alasan atau keburukannya, lalu biarkan mereka memutuskan sendiri. Ingatlah bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Jadi jika mereka mengalami hal buruk karena tindakan mereka, hampir tidak mungkin mereka akan mengulangi tindakan tersebut. Iya to?

4. Mengambil tanggung jawab anak

Tindakan ini seringkali tidak sadar dilakukan oleh para orang tua, dan masih banyak dijumpai di jaman sekarang, mungkin malah lebih banyak ketimbang jaman dulu. Biar gampang saya beri permisalan saja.
Umpamanya Anda menyekolahkan anak Anda ke sekolah tertentu, tentu saja akan diajar oleh guru tertentu pula. Nah anak Anda ternyata berbuat onar dengan melanggar peraturan sekolah seperti datang terlambat, kemudian dia mendapatkan hukuman dari guru. Selepas pulang sekolah, anak Anda mengadu kepada Anda bahwa dia dihukum di sekolahnya. Nah Anda merasa tidak terima kemudian esoknya mendatangi sekolah untuk menyatakan itu, bahkan sampai marah-marah.
Apakah Anda dapat memahami ilustrasi di atas? Jadi, hukuman itu adalah konsekuensi si anak yang melanggar peraturan sekolah. Sebagai orang tua, sebaiknya anda tidak mencampuri tanggung jawab anak, terlebih atas tindakan yang dilakukannya. Jika terus dibiarkan seperti ini, anak bisa melakukan hal yang semena-mena, bahkan kepada orang yang lebih tua, karena mereka merasa terlindungi oleh Anda.
Mengambil tanggung jawab anak berarti Anda mengajarkan anak untuk lari dari tanggung jawab, dalam pepatah mengatakan lempar batu sembunyi tangan. Semakin anda sering mengambil tanggung jawab anak, maka semakin tidak dewasa pula pola pikirnya. Bener gak?
Anak merupakan bibit yang unggul. Mereka menerima dengan baik apapun perlakuan orang tuanya. Namun tak semua tak semua bibit unggul bisa menghasilkan pohon yang kuat dan rindang serta buah yang bagus. Kenapa? Karena itu tergantung perawatannya, bagaimana kita memenuhi nutrisinya, menyiramnya, serta menghindarkannya dari hama-hama. Sama seperti anak, tak semua anak akan jadi pribadi yang mandiri, dan berperilaku baik. Semua tergantung pada apa yang orang tua mereka ajarkan, pun juga bagaimana cara mengajarkannya. Jadi, selain ilmunya, orang tua juga harus memperhatikan cara mengajarkannya.
Baik, mungkin sekian dulu ocehan saya kali ini. Semoga ocehan yang panjang ini bisa masuk di pikiran anda semua para orang tua dan calon orang tua. Mohon maaf bila ada hal-hal yang kurang berkenan. Di sini saya juga membuka diskusi, jadi bila ada pertanyaan silahkan sampaikan di kolom komentar. Terimakasih sudah mau berkunjung di blog saya dan membaca artikel ini. Salam!
Catatan kaki:
  • Gambar : https://bhi61nm2cr3mkdgk1dtaov18-wpengine.netdna-ssl.com/wp-content/uploads/2017/03/parent-photo.jpg
Label:

Post a Comment

[disqus]

Tiraini

{facebook#https://www.facebook.com/rzlnhd/} {twitter#https://twitter.com/rzlnhd/} {instagram#https://www.instagram.com/rzlnhd/} {pinterest#https://id.pinterest.com/Mr96Rizal/}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.